Kata “kaya” di sini adalah kaya dalam arti denotatif (arti
sesungguhnya) bukan ‘kaya’ dalam arti konotatif (kiasan), saya tidak
sedang mengajak anda untuk kaya pikiran, kaya hati, kaya iman, kaya
kebahagiaan, dsb, saya rasa sudah banyak yang mengajak anda ke arah
sana. Kaya yang bersifat immaterial memang penting tapi kaya material
juga merupakan sesuatu yang tidak kalah pentingnya dibandingkan kaya immaterial . Bahkan orang kaya immaterial yang didukung dengan material mendapatkan tempat yang lebih mulia dibandingkan sekedar kaya immaterial saja.
Abdullah bin Mas’ud berkata, bersabda Rasulullah Saw : “Tidak
boleh iri hati kecuali dalam dua macam; seorang yang diberi oleh Alloh
ta’ala harta kekayaan maka dipergunakan untuk mempertahankan hak
(kebenaran), dan seorang yang diberikan oleh Alloh ta’ala ilmu dan ia
pergunakan dan diajarkannya” (HR Bukhari-Muslim).
Ibn Umar ra berkata, bersabda Rasulullah Saw: “Tidak boleh
seorang iri hati terhadapa orang lain, kecuali dalam dua hal; seorang
yang diberikan pengertian Quran, maka ia mempergunakannya sebagai
pedoman amalnya siang malam dan seseorang yang diberikan oleh Alloh
kekayaan harta dan ia membelanjakan siang dan malam untuk segala amal
kebaikkan” (HR Bukhari-Muslim).
Di zaman Rasulullah orang kaya yang beramal saleh pernah membuat iri
para sahabat yang tidak kaya, Abu Hurairah ra berkata, bahwasannya para
fakir miskin dari sahabat Muhajirin datang mengeluh kepada Rasulullah
“Ya Rasulullah, orang – orang kaya telah memborong semua pahala dan
tingkat – tingkat yang tinggi serta kesenangan abadi”
Rasulullah bertanya “ Mengapa demikian ?”
Mereka Menjawab “Mereka sholat sebagaimana kami sholat, dan puasa
sebagaimana kami, dan mereka bersedekah sedangkan kami tidak dapat
bersedekah, dan mereka memerdekakan budak, sedangkan kami tidak dapat
memerdekakan budak”
Hadist ini menunjukkan para sahabat yang tidak kaya sadar bahwaorang
kaya yang beramal sholeh mempunyai peluang lebih banyak dalam beribadah,
untuk menghibur para sahabat yang kurang beruntung secara ekonomi
Rasulullah bersabda “Sukakah saya ajarkan kepada kamu amal perbuatan
yang dapat mengejar mereka, dan tiada seorang yang lebih utama dari kamu
kecuali yang berbuat seperti perbuatanmu”.
Mereka menjawab “ Baikkah ya Rasul”
Bersabda Nabi : “Membaca tasbih dan takbir dan tahmidtiap selesai sholat 33 kali”
apakah kisah ini selesai dan para sahabat yang miskin menjadi sama
mulianya dengan orang beriman yang kaya ? ternyata tidak, sesudah itu
para sahabat tersebut kembali mengeluh kepada Nabi “Ya Rasulullah ,
saudara – saudara kami yang kaya, mendengar perbuatan kami, maka mereka
berbuat sebagaimana kami perbuat”.
Nabi Menjawab “Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-NYA”
Dalam hadist ini kita dapat mengambil hikma bahwa kekayaan adalah
karunia sepanjang digunakan untuk kebaikkan, dan orang muslim kaya
mempunyai kemampuan lebih besar daripada muslim yang miskin, dan itu
disadari oleh para sahabat sejak dari dahulu.
Umar bin Khatab ra pernah cemburu pada Abu Bakar ra dalam hal
beramal. Harta yang dipersembahkannya untuk perjuangan islam kepada
Nabi, Umar merasa harta yan diberikan untuk perjuangan tidak berarti
bila dibandingkan dengan seluruh harta yang di infakkan oleh Abu Bakar
Ash Shiddiq ra, karena Umar menyerahkan 1/2 dari hartanya, Rasulullah
bertanya kepada Abu Bakar ra “Adakah yang kau sisakan untuk keluargamu ?
“
Abu Bakar menjawab “Aku menyisakan untuk mereka Alloh dan Rasul-NYA”
Lalu Umar berkata “Aku tidak pernah mengalahkan Abu Bakar dalam segala hal” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi dari Umar bin Khatab)
Alloh berfirman “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa
dari api neraka, yang menafkahkan hartanya (di jalan Alloh) untuk
membersihkannya” Surat Al – Lail ayat 17 – 18. Para ulama sepakat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar ra.
Abu Bakar dermawan karena ia memiliki banyak harta, demikian pula
dengan Umar yang terkenal zuhud ternyata juga. Dengan harta itu mereka
mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk meraih ridho Alloh dan
Rasul-NYA, dengan kisah tersebut hendaknya memotivasi kita untuk bekerja
keras dan meraih harta, dengan kerja keras saja pahala telah kita
dapatkan apalagi dengan harta yang banyak dimana kita dapat berinfak dan
sedekah di jalan Alloh maka akan mendapatkan berlipat – lipat
balasannya. Dalam kisah ini kita bisa melihat bahwa kaya bagi seorang
muslim sangat di anjurkan, sementara gaya hidup adalah pilihan.
Para
sahabat menunjukkan kombinasi yang indah; pandai berdagang, keras
berusaha, tidak meninggalkan ibadah dan berdoa kemudian kaya namun hidup
tidak diperbudak harta. itulah zuhud yang sesungguhnya.
Imam Al Ghazali mengatakan orang zuhud adalah orang yang punya dunia
lalu meninggalkannya dengan sadar, sedangkan orang miskin itu adalah
orang yang ditinggalkan dunia. Kalau ada orang miskin tidak sanggup
membeli makan lalu puasa senin dan kamis itu bukan disebut zuhud,
melainkan memaksimalkan kondisi keterbatasannya agar tetap dapat pahala.
Daripada tidak makan dan tidak dapat pahala lebih bagus tidak makan
dapat pahala, upaya ini benar dan tetap berpahala tetapi tidak masuk
area zuhud.
Jika kita membaca sirah Nabi, Rasulullah itu sudah kaya raya sebelum
jadi Nabi. Kemiskinan Rasulullah yang kita baca dalam hadist-hadist
adalah kemiskinan atas pilihan. bahkan Rasul pernah mengatakan bahwa
semua nabi itu sebagain besar kkaya, tidak ada lagi nabi yang diutus
setelah nabi Syu’aib melainkan dia berasalah dari keluarga kaya dari
kaumnya.
Rasulullah telah magang dalam bisnis untuk mencari penghasilan pada
usia 8 tahun, diusia 12 tahun beliau sudah pulang pergi keluar negeri
ikut dalam bisnis keluarga, pada umur 15 sampai 19 tahun ikut dalam
perang sehingga punya pengalaman militer. Umur 20 tahun Muhammad muda
sudah menjadi pengusaha, dan Khadijah sebagai investornya. Mungkin ini
yang banyak orang yang belum mengetahuinya pada usia 25 tahun Nabi
menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta, 1 unta kira – kira harganya
sekitar Rp. 10juta, sehingga total mahalnya adalah Rp.200juta, itu baru
maharnya belum harta simpanannya yang lain.
Rasullah pernah berkata “Sebaik – baiknya harta itu adalah uang yang beredar diantara orang – orang shaleh”
Apabila uang itu beredar lebih banyak di tangan orang – orang jahat
maka indikasi bahwa masyarakat itu rusak, dan apabila uang beredar di
tangan orang – orang shaleh maka indikasi masyarakat tersebut adalah
sehat. Salah problem terbesar negeri ini adalah orang – orang shalehnya
sebagaian besar tak terlalu baik penguasaan hartanya, sehingga harta
yang seharusnya optimal untuk kebaikkan dan kesejahteraan masyarakat
dipegang orang – orang tak amanah dan bukan orientasi dakwah bahkan di
pegang oleh non muslim yang tidak mengerti mengenai amanat Alloh berupa
harta.
Menyantuni anak yatim yang sangat mulia memerlukan kekuatan harta,
menyumbang atau mendirikan pondok pesantren atau tempat penghafal Quran
juga memerlukan harta. Membiayai para pendakwah keliling ke berbagai
lokasi perlu harta, mendirikan perpustakaan di lokasi yang rendah
pendidikkannya juga memerlukan harta. Menyumbang korban bencana alam
butuh harta. Memperbaiki penampilan kita pun butuh biaya, karena
mencitrakan keindahan dan kewibawaan Islam butuh biaya.
Sumber:http://arieonolancel.wordpress.com/2011/01/21/ayo-jadi-muslim-kaya/
0 komentar:
Posting Komentar