Penulis : Latief
| Sabtu, 24 Maret 2012 | 12:39 WIB
JAKARTA,
KOMPAS.com - Upaya
pengelolaan air bersih semakin membutuhkan perhatian lebih dari Pemerintah
melalui sinergi dengan swasta dan masyarakat. Untuk itu, tahun ini Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Kementerian
Negara Koordinator Kesejahteraan Masyarakat dan F CUBED dari Australia
memperkenalkan teknologi desalinasi dengan tenaga surya.
Penerapan teknologi desalinasi ini guna memperoleh air
bersih bagi pertanian, perkebunan, industri maupun perumahan dan sebagainya. Teknologi
ini merupakan teknologi untuk memproses penghilangan kadar garam pada kandungan
air menggunakan bantuan tenaga surya, yang diharapkan bisa menjadi salah satu
solusi mendapatkan pasokan air bersih di berbagai daerah di Indonesia yang
sudah mencapai tahap kritis, terutama di perkotaan.
Melalui terobosan teknologi "Carocell solar
desalination" atau menghilangkan kadar garam melalui teknologi tenaga
surya, Carocell juga mencakup teknologi ''Zero Liquid Discharge'' (ZLD), yang
mampu mengubah limbah. Hasilnya merupakan kombinasi antara air minum dengan
garam sebagai hasil fraksinasi garam. Panel-panel Carocell tersebut digunakan
untuk meningkatkan suhu air dalam scholar collector sehingga
penguapan/kondensasi dalam panel meningkat lebih sempurna. Panel ini didesain
secara canggih, geometris, mudah perawatannya dengan kinerja optimal untuk
memproses air dari sumber apapun menjadi air bersih tanpa meninggalkan emisi
gas rumah kaca.
"Garam hasil fraksinasi tadi akan memberi nilai
tambah karena bermanfaat dijadikan garam meja atau garam untuk kolam renang.
Magnesium klorida yang dihasilkan pun dapat digunakan oleh industri tambang
untuk menekan debu," kata Peter Johnstone, Chief Executive Officer dan
Pendiri F CUBED, dalam siaran persnya menyambut Hari Air Sedunia, di Jakarta,
Sabtu (24/3/2012).
Hasil sampingan fraksinasi yang ternyata sangat
bermanfaat ini, lanjut dia, juga dapat dijual dan menghasilkan uang. Lebih dari
itu, adalah minimnya dampak lingkungan hidup yang dapat terjadi.
"Karena lingkungan hidup, tanaman, dan manusia
tetap aman terjaga," ujarnya.
Peter, yang juga peneliti sekaligus pemilik hak
patennya, menambahkan bahwa teknologi desalinasi dengan tenaga surya temuannya
ini telah diterapkan di 26 negara, termasuk India, Bangladesh, Malaysia, Dubai.
Ia mengatakan, pihaknya saat ini tengah menjajaki kemungkinan membangun pabrik
pengolahan ini di Indonesia.
Selama ini, Pemerintah melalui lembaga BPPT maupun
LIPI merupakan lembaga pemerintah yang bertanggungjawab terhadap penelitian,
pengkajian dan penerapan teknologi untuk mendapatkan air bersih bagi
masyarakat. Karena itulah, lanjut Peter, dengan investasi sekitar 10 juta Dolar
AS, pihaknya mengajak kerja sama BPPT dan LIPI untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebelumnya, FCUBED baru-baru ini menandatangi kontrak
senilai 11 juta USD dengan Pemerintah Kota Ceduna di Australia Selatan untuk
memasok air minum melalui terobosan teknologi Carocell solar desalination.
Sementara itu, menurut Direktur Perwakilan Kantor
Unesco di Jakarta Hubert Gijzen mengatakan, pengelolaan air menjadi faktor
tunggal paling mendesak saat ini karena bisa menghambat pembangunan bangsa.
Perlu dilakukan berbagai upaya untuk lebih mempromosikan pembangunan air secara
berkelanjutan.
"Buruknya pengelolaan air bisa menghambat
pembangunan, membatasi produksi pangan serta berbagai penderitaan dan kerusakan
ekonomi dari bencana yang berhubungan dengan air," kata Hubert di Jakarta,
Sabtu (24/3/2012).
Pemurni air
Sebelumnya, Yoyon Ahmudiarto dari Pusat Penelitian
Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2-Telimek) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) juga telah menciptakan "Banyu Mili". Upaya yang dilakukan
Yoyon diharapkan bisa membantu masyarakat yang semakin sulit mendapatkan air
layak konsumsi dengan murah karena sumber air tanah di beberapa daerah juga
kian minim. Sementara upaya mendapatkan sumber air alternatif menghadapi
kendala peralatan dan biaya.
"Banyu Mili adalah alat pemurni air dengan tenaga
surya yang bisa memenuhi kebutuhan air secara murah," kata Yoyon saat
ditemui di Jakarta, Kamis (15/3/2012) lalu.
Banyu Mili atau singkatan dari "Banyu
Milik LIPI" ini bisa mengolah air dari sumber manapun secara singkat dan
dapat langsung diminum. Komponen alat pemurni air tersebut terdiri dari
panel surya, kabel, filter karbon aktif, filter mikron, lampu ultraviolet,
accu, selang dan kran air. Air yang diproses akan masuk lewat selang ke filter
karbon aktif. Di sini, air akan dibebaskan dari senyawa kimia berbahaya.
Selanjutnya, air masuk ke filter mikron untuk memisahkannya dari partikel debu.
Proses sterilisasi air akan berlangsung di dalam
saluran dengan sinar UV. Setelah proses ini, air akan dikeluarkan lewat kran
dan sudah siap diminum.
http://sains.kompas.com/read/2012/03/24/12394490/Solusi.Air.Bersih.Lewat.Tenaga.Surya
0 komentar:
Posting Komentar