Senin, 01 Oktober 2012

mantan hakim ciptakan penjernih air tradisional


Mantan Hakim Ciptakan Penjernih Air Tradisional

Saat bertugas menjadi hakim di Mempawah Kalimantan tahun 1981, Hj Soelidarmi SH sudah berhadapan dengan masalah air. Saat itu, kualitas air di Mempawah sangat buruk, untuk cuci baju hasilnya kuning di pakaian, dan mempengaruhi kesehatan kulit. Kondisi ini membuat Soelidarmi harus menyisihkan gajinya untuk membeli jerigen air bersih yang waktu itu harganya mencapai Rp 150/jerigen.

Masalah lingkungan memang menjadi perhatian Soelidarmi di manapun bertugas. Bahkan kini, meski sudah pensiun, soal lingkungan tidak luput dari perhatiannya. Untuk masalah air, kini Soelidarmi sudah punya solusi jitu, karena berhasil menciptakan Penjernih Air Tradisional (PAT) atau Traditional Water Purefier (TWP). “Alat ini bisa diterapkan dimana saja, bahan-bahan yang digunakan juga mudah didapat, murah dan bisa dibuat dalam bentuk mini,” kata Soelidarmi saat ditemui di LABH Konstitusi Jl Prof Sardjito Blimbingsari Yogyakarta.

Ya, bahan yang digunakan memang sederhana, yaitu bekas galon cat atau kaleng-kaleng bekas yang disusun bertumpuk dan dilubangi. Pengisian kaleng diurutkan, untuk kaleng teratas yang pertama menampung air mengalir berisi kapas filter, kaleng kedua berisi batu zeolit aktif yang sudah direbus 5 jam, kemudian kaleng dibawahnya berisi arang tempurung kelapa aktif. Nah, setelah melewati berbagai lapisan ini, maka air yang keluar menjadi bersih. Batu zeolit juga mudah ditemukan di toko-toko aquarium dan harganya juga murah. “Alat ini bisa untuk menyaring air sungai yang kotor, juga air hujan. Caranya tampung air hujan, lalu disaring dengan PAT maka sifat licin atau ayit dari air hujan bisa hilang. Sebenarnya, masyarakat kita belum memanfaatkan air hujan karena masih terbuang percuma,” katanya.

Saat ini sudah ada sekitar 50 orang yang memanfaatkan PAT ciptaannya. Bahkan warga Sumatra dan Balikpapan juga banyak yang melakukan kontak person untuk konsultasi dan mencobanya. “Saya sangat terbuka siapa saja boleh belajar untuk membuat alat penjernih air ini,” paparnya.

Dikatakan saat terjadi gempa, tetangganya di Gedongkuning ada yang mengeluh air sumurnya menjadi keruh dan berbau, namun setelah memakai penjernih air temuannya ternyata air menjadi jernih dan bau tak enak menjadi hilang.

“Penemuannya ini telah diurus hak patennya oleh dosen UGM, dan kini masih dalam proses, dan saya sebagai inventor atau penemunya,” tutur Soelidarmi.
Sumber: http://soelidarmi.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar